Star Wish : Honor

"Bro, gimana keadaan adikmu?"Tanya seseorang terhadap orang lainnya.
"Aku tidak tahu lagi, sudah 6 tahun, dia masih di tahan."Jawab orang yang ditanya itu.
"Sebenarnya aku masih penasaran kenapa adikmu bisa ditahan oleh mereka?"
"Kedua orang tuaku yang brengsek itu meninggalkan kami berdua dengan utang-utang mereka."Orang itu membalas lagi.
"Aku sudah mendengar hal itu, tapi kenapa hanya adikmu? dan juga kenapa adikmu?"
"Ntahlah, untuk sekarang mereka ingin memintaku membayar semua utang orang tuaku atau adikku akan menjadi seorang yang sudah tidak memiliki masa depan lagi."
"Maksudmu..?"
"Benar, sudahlah, aku harus pergi bekerja."Orang itu berdiri dari bangku yang di dudukinya, ia dan temannya sedang berada di tempat yang terlihat seperti sebuah kantin kecil.
"Jika kau butuh bantuan, aku akan membantumu."Tapi sebelum keluar dari kantin itu temannya berkata hal itu.
"Terima kasih."Ia hanya membalas itu tanpa memberikan pandangan kepada temannya.

Bekerja, hanya itu yang ada didalam hatinya, tidak ada yang lain, ia hanya terus bekerja demi membayar utang yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya untuk dirinya dan adik perempuan kecilnya yang baru saja memasuki umur 12 tahun. Namanya adalah Sern Freiz, sedangkan nama adiknya adalah Runia Freiz. Sern adalah seorang pekerja kantoran, sebenarnya bukan hanya kantoran saja, tapi jika ada waktu kosong ia tidak pernah menggunakannya untuk beristirahat, tetapi hanya untuk bekerja, apapun pekerjaan itu, membersihkan rumah, menjadi seorang kuli bangunan, bahkan terkadang ia bekerja menjadi seorang samsak pukul dari para pemain boxing lokal yang tidak puas dengan samsak biasa. Ia tidak peduli dengan rasa sakitnya menurutnya rasa sakit itu tidak seberapa dengan apa yang telah dialami oleh adiknya dimana ia sudah di sandera selama 6 tahun. Ia bahkan tidak tahu apakah adiknya masih mengenalnya atau tidak.

Hingga suatu hari. Ketika sekitar jam 11 malam, Sern pulang dari pekerjaan buruhnya sebagai kuli bangunan. Tapi dalam perjalanan ia menemukan dirinya di kepung oleh sekitar 20 orang. "Malam-malam seperti ini tidak baik untuk berjalan sendiri." Salah satu dari 20 orang itu mulai berbicara kepada Sern.
"Maaf, aku tidak punya uang, jadi tolong biarkan aku sendiri." Sern lalu berjalan maju tanpa ada perubahan ekspresi, tapi di halangi oleh orang yang sama.
"Tidak tidak tidak, kalau begitu kami dapat menjual organmu bukan?"Kata orang itu.
"Menjual organku?"Sern mulai terlihat sedang berpikir. "Diingat ingat, disekitar sini ada komplotan penjahat yang mencari orang sembarang untuk di ambil organnya lalu dijual? Apa itu kalian?"
"Tentu saja."Orang itu mulai mengeluarkan sesuatu yang terlihat seperti sebuah pedang kecil.
"Minggirlah, aku tidak ingin mencari masalah dengan kalian."Sern lalu berkata hal itu kepadanya tapi kali ini menunjukkan mata yang begitu tajam. Tapi orang itu tidak takut, malah dia menertawi Sern lalu berkata "Kami berjumlah 20 lebih, sedangkan kau hanya sendiri, tanpa senjata, dan kau berkata kepada kami untuk tidak mencari masalah denganmu? Kau pasti bercanda."
"Tidak, aku tidak pernah bercanda."
"Kalau begitu, cukup basa-basinya." Orang itu mulai berjalan gabung kedalam kerumunan komplotannya.
Sern melihat sekitarnya, lalu ia membuka kaosnya, memunculkan tubuhnya yang kekar, besar, penuh dengan bekas luka. Tapi yang paling mencolok adalah bekas luka yang berada di bagian atas punggunya, terlihat seperti lubang disana.
"Oh.. ternyata badanmu lumayan juga, organmu pasti akan sangat berharga!."Orang itu mulai berbicara lagi. Lalu berkata pada kompolotannya "Ingat... jangan sampai ada goresan kecil di organnya, jika bisa buat dia pingsan atau tidak dapat bergerak lagi!" Lalu dengan langsung komplotannya menyerbunya begitu saja.

15 menit berlalu. Benar apa yang dikatakan Sern, jangan mencari masalah dengannya. Terlihat sudah begitu banyak mayat tergelatak begitu saja di sekitarnya, tidak ada yang pingsan, semuanya mati. dan lebih mengerikan ketika mengetahui jika semua mayat itu memiliki persamaan, yakni tidak ada tanda-tanda memar ataupun luka serius.

"Siapa kau?!"Sern mulai menghadap kebelakang, lalu melihat seseorang yang duduk di sebuah pohon, bercahayakan bulan, dengan jas hitam yang sama seperti sebelumnya.
"Namaku Tango."
"Turnamen Genesis?"
"Benar."
"Aku sudah menunggu kalian, aku ikut."Lalu Sern mengambil kaosnya lalu pergi begitu saja.

Tango yang berdiri tersenyum melihat Sern lalu membuka handphonenya menelpon seseorang lalu berkata "Dia ikut. Sepertinya sudah semua. Mari kita lakukan rapat."




Comments

Popular Posts